Seorang ibu bertanya
kepada anaknya yang berusia 6 tahun, perihal cita-cita sang anak kelak setelah
dewasa.
“Kamu nanti kalau sudah besar mau jadi apa nak?”
Dengan semangatnya sang anak menjawab, “Aku mau jadi polwan bu.”
Dengan tegas ibunya menjawab, “Tidak boleh!” Si anak merasa heran lalu mengganti jawabannya.
“Kalau tidak boleh jadi polwan, aku mau jadi peragawati saja bu.”
Kini si ibu semakin marah, “Apa-apaan kamu, masa mau jadi peragawati. Tidak boleh!”
Si anak mulai merasa takut, lalu menjawab dengan gemetar, “Kenapa semua tidak boleh bu, apa aku cuma boleh jadi ibu rumah tangga saja?”
Si ibu sekarang tidak marah lagi. Namun ia menangis dan memeluk anaknya dan berkata.
“Kamu ini laki-laki Herman!”?
“Kamu nanti kalau sudah besar mau jadi apa nak?”
Dengan semangatnya sang anak menjawab, “Aku mau jadi polwan bu.”
Dengan tegas ibunya menjawab, “Tidak boleh!” Si anak merasa heran lalu mengganti jawabannya.
“Kalau tidak boleh jadi polwan, aku mau jadi peragawati saja bu.”
Kini si ibu semakin marah, “Apa-apaan kamu, masa mau jadi peragawati. Tidak boleh!”
Si anak mulai merasa takut, lalu menjawab dengan gemetar, “Kenapa semua tidak boleh bu, apa aku cuma boleh jadi ibu rumah tangga saja?”
Si ibu sekarang tidak marah lagi. Namun ia menangis dan memeluk anaknya dan berkata.
“Kamu ini laki-laki Herman!”?
Tolong Selametin Anak Saya, Dokter
Dokter Rudi
sebenarnya sudah pulang tugas, dan sedang bersantai di rumahnya. Namun
tiba-tiba seorang ibu-ibu tetangganya datang dengan terburu-buru. Tampaknya ada
sesuatu yang sangat penting. Ternyata benar saja, ibu itu mencari okter rudi
karena ada sesuatu yang terjadi dengan anaknya. Sebagai dokter yang selalu
menjunjung tinggi kode etik koedokteran, dokter Rudi tetap melayani ibu
tersebut.
Ibu: "Dokter, tolong selametin anak saya, Dok!" Kata si Ibu dengan wajah panik.
Dokter: "Tenang dulu, bu. Ceritakan dulu masalahnya apa? Kenapa dengan anak ibu?"
Ibu: "Tolong selametin anak saya dokter..!!!" dengan raut wajah panik dan memelas.
Dokter: "Iya, akan saya tolong. Tapi ada apa dengan anak ibu?"
Ibu: "Anak saya ulang tahun, tolong selametin dia ya dok, hehe. Ucapin selamat ulang tahun gitu."
Dokter: @#$$^()^@!!!!
Ibu: "Dokter, tolong selametin anak saya, Dok!" Kata si Ibu dengan wajah panik.
Dokter: "Tenang dulu, bu. Ceritakan dulu masalahnya apa? Kenapa dengan anak ibu?"
Ibu: "Tolong selametin anak saya dokter..!!!" dengan raut wajah panik dan memelas.
Dokter: "Iya, akan saya tolong. Tapi ada apa dengan anak ibu?"
Ibu: "Anak saya ulang tahun, tolong selametin dia ya dok, hehe. Ucapin selamat ulang tahun gitu."
Dokter: @#$$^()^@!!!!
Kalimat Aktif dan Pasif
Anak-anak SD sepulang
sekolah bermain dengan teman-temennya di sebuah halaman rumah salah satu anak
yang bernama Udin. Dan kebetulan permainan yang dimainkan sekarang ini tentang
sekolah-sekolahan. Dan Udin menjadi gurunya sedangkan yang lainnya menjadi
muridnya.
Udin: Anak - anak, sekarang kita mengulang pembahasan kalimat aktif dan kalimat pasif pelajaran yang lalu. Coba sekarang Hesti maju! Buatlah sebuah kalimat aktif, kemudian ubahlah menjadi kalimat pasif.
Hesti : Kasimin membeli sepeda motor. Sepeda Motor dibeli Kasimin.
Udin: Bagus, nilai kamu 10. Coba kamu, Ilham!
Ilham: Hesti menggigit tulang. Tulang digigit Hesti.
Udin: Benar, tapi nilai kamu dikurangi 2 karena mengatai Hesti, sekarang kamu, Didit!
Didit : Herman sedang berolah raga. Raga sedang diolah Herman.
Udin: Aneh kamu, coba kamu Yuyun!
Yuyun : Karman berjalan ke rumah Wati. Wati di jalankan Karman di rumah.
Kacong : Kamu mendapat nilai 10, lalu angka satunya hilang, jadi nilainya 0. Sekarang kamu, Widya!
Widya : Jepang bertekuk lutut pada Sekutu. Lutut Jepang ditekuk oleh Sekutu!
Kacong : Wah... hebat sekali, nilai kamu 9 tapi angka tertingginya 100.
Udin: Anak - anak, sekarang kita mengulang pembahasan kalimat aktif dan kalimat pasif pelajaran yang lalu. Coba sekarang Hesti maju! Buatlah sebuah kalimat aktif, kemudian ubahlah menjadi kalimat pasif.
Hesti : Kasimin membeli sepeda motor. Sepeda Motor dibeli Kasimin.
Udin: Bagus, nilai kamu 10. Coba kamu, Ilham!
Ilham: Hesti menggigit tulang. Tulang digigit Hesti.
Udin: Benar, tapi nilai kamu dikurangi 2 karena mengatai Hesti, sekarang kamu, Didit!
Didit : Herman sedang berolah raga. Raga sedang diolah Herman.
Udin: Aneh kamu, coba kamu Yuyun!
Yuyun : Karman berjalan ke rumah Wati. Wati di jalankan Karman di rumah.
Kacong : Kamu mendapat nilai 10, lalu angka satunya hilang, jadi nilainya 0. Sekarang kamu, Widya!
Widya : Jepang bertekuk lutut pada Sekutu. Lutut Jepang ditekuk oleh Sekutu!
Kacong : Wah... hebat sekali, nilai kamu 9 tapi angka tertingginya 100.