ISTANA MEGAH DAN SEPATUKU

Di Sekolah Kejuruan yang sederhana inilah aku menuntut ilmu, dan akuntansi adalah bidang keahlian yang aku minati. Aku mempunyai banyak pengalaman di sini. Salah satunya adalah pengalaman ketika aku Praktek Kerja Industri atau yang biasa disebut dengan prakerin. Maklum, Sekolah Kejuruan memang ada prakerinnya. Kebetulan aku prakerin di Kantor Kejaksaan Negeri Ngawi di bagian Intelijen. Dulu ketika hari kedua prakerin aku terlihat agak berbeda. Sepatu fantofel yang pernah Mama belikan untuku sengaja ku pakai di hari itu.
Ya, walaupun belum terbiasa tapi rasanya asyik, serasa jadi pegawai Kejaksaan beneran. Setiap aku berjalan sepatuku selalu berirama, mengeluarkan suara tok, tok, tok, layaknya daun pintu yang terketuk oleh jari-jari manisku yang tak semanis senyumanku. Maklum saja, sepatu fantofel yang ku miliki ini memang bukan sepatu fantofel yang bermerek. Mamaku membelinya di pasar tradisional di desaku yang tak begitu jauh dari gubuk persinggahanku. Tapi ini sudah lebih dari cukup untukku. Bisa memilikinya pun aku sudah sangat bahagia.
Ketika itu aku sedang membuat laporan bulanan di komputer ruanganku untuk segera diprint. Terdengar sayup suara sepatu bertepuk dengan lantai di luar ruanganku. Seperti ada orang yang sedang berjalan.
“Sudah abaikan saja” gumamku dalam hati.
Tiba-tiba tok..tok..tok.. suara daun pintu yang sengaja diketuk oleh orang di luar ruanganku.
“Iya silahkan masuk” kata yang biasa ku ucapkan ketika daun pintu ruanganku diketuk oleh orang lain. Oh ternyata yang tadi mengetuk pintu adalah kedua temanku, Dika dan Pita namanya.
Rupanya jam sudah menunjukkan pukul 12.30 wib. Dan sudah saatnya menjalankan rukun Islam yang kedua. Setelah itu makan siang di ruangan bawah seperti biasa. Hm ya sudahlah ku tinggalkan dulu pekerjaanku. Aku dan mereka lalu beranjak pergi dari ruanganku.
Waktu berlalu, seusai kami menjalankan rukun Islam yang kedua kami bergegas untuk makan siang, menyantap makanan yang memang sudah disajikan oleh ibu-ibu bagian konsumsi di istana ini. Kami memang selalu makan bersama-sama. Selalu menjaga keakraban satu sama lain layaknya satu keluarga kecil di istana yang sangat megah. Hm makanan yang disajikan di sini memang sangat sederhana, tapi sudah lebih dari cukup untuk memperpanjang hidup kami. Oh lama-lama bercerita rupanya si kecil putih sudah tak ada lagi di piring kami. Mereka sudah berpindah di dunia merah di dalam perut kami. Alhamdulillah kenyangnya. Tapi kali ini bagianku mengembalikan piring kotor di ruangan belakang.
“wah harus lewat depan Bapak staf yang lagi duduk itu dong tueueng… hm tak apalah, Nurika harus berani” gumamku dalam hati.
“Pita, Dika piringnya aku saja yang mengembalikkan” ucapku kepada mereka.
“Aduh ada yang aneh sama sepatuku” pikirku, tapi aku mengabaikannya. Mungkin karena baru pertama pakai sepatu fantofel jadi rasanya agak aneh.
Tik klontang. Aduh sendok di atas piring yang sedang ku bawa jatuh tepat di depan Bapak pegawai yang sedang duduk tadi, huh ya ampun saking nerveousnya sampai ngejer begini.
“hati-hati dong dek” kata Bapak pegawai itu.
“hehe iya pak” jawabku sambil benar-benar merasa malu.
Ketika sampai di ruangan belakang oh ternyata hak sepatu baruku mengelupas dari solnya.
“aduh bagaimana ini kalau nanti lepas, bisa mati gaya aku” aku menggumam agak lama sambil berpikir apa aku lepas saja sepatuku, tapi mana mungkin. Masa di Istana semegah ini aku tidak mengenakan sepatu.
“halah sudahlah lupakan, pede saja Nur” Aku pun berpura-pura santai dan mengatakan kepada Pita dan Dika ingin kembali keruangan dulu untuk menyelesaikan tugas tadi.
Mereka pun mengiyakan kemauanku. Bismillahirrahmannirrahim semoga hari ini adalah hari keberuntunganku. Aku berjalan dengan sangat pelan, aku tak berani mengangkat kakiku, takut kalau nanti hak sepatunya lepas. Aduh ya Tuhan di depanku ada tantangan, ada tangga dan ini berarti aku harus mengangkat kakiku, dan tangga satu.
“Alhamdulillah berhasil”, tangga dua.
“yosh sukses ku lewati” tangga tiga.
Sett! Plokk! Gubrakk! Hak sepatuku yang sebelah kiri lepas, aduhai sungguh malunya diriku, aku pun menengok ke belakang mengambil hak sepatuku dan ternyata Bapak yang tadi melihat kejadian ini, beliau mengatakan.
“dek haknya lepas tuh”
“hehe, iya pak ini masih baru loh padahal” ucapku sambil tersenyum singkat dan terpaksa.
Aku jadi salah tingkah serasa terbang ke Afrika dan jatuh di antara bunga pasir ditertawakan orang-orang lalu ditinggal pergi tanpa ditolongi, oh entahlah aku tak bisa membayangkan. Dengan langkah sigap ku lepas juga hak sepatuku yang sebelah kanan agar tak tinggi sebelah. Aku cepat-cepat menuju ruanganku. Sesampai di ruanganku ku tutup pintunya dan aku duduk di depan komputer lagi.
Ya Tuhan mimpi apa aku semalam, hal ini benar-benar membuatku malu. Untungnya tak banyak yang melihat kejadian tadi. Tapi bagaimana dengan rekaman cctv, aku juga baru menyadari kalau kejadian tadi pasti terekam kamera cctv yang ada. Oh my Good, hari ini jadi hari pertama dan terakhir aku mengeluarkan suara lantai Istana ini dengan sepatu ber-hakku. Sedih rasanya tetapi juga lucu dan buat aku tersenyum.
Hal lucu ini terjadi sekitar lima bulan yang lalu. Kini sepatunya pun masih tersimpan rapi di kamarku. Ku jadikan kenang-kenangan prakerinku. Karena setiap aku memandangi sepatuku aku teringat kejadian lucu ini. Aku tak pernah menyangka kalau prakerinku yang hanya akan ada satu kali seumur hidupku terselip kisah lucu memalukan. Kini aku hanya bisa mengenang dan tersenyum-senyum membayangkan kejadian ini. Sungguh ini adalah hal yang membuatku tak melupakanmu wahai istana megah Kantor Kejaksaan Negeri Ngawi. Aku akan selalu mengingatmu sampai kapan pun. Menjadikanmu bagian dari perjuangan hidupku meraih cita-cita. Tunggu aku, suatu saat aku akan melihatmu lagi, membuktikan kepada dirimu bahwa apa yang telah kau berikan padaku kala dulu mampu membuatku menjadi manusia sukses, kuat, dan kokoh melebihi kekokohanmu.
Previous
Next Post »